Aku pernah merasakan kehadiran malaikat dan iblis sekaligus, merasakan indahnya damai dalam pelukan malaikat dan panasnya amarah dalam nafas iblis. Dan tentu saja aku pernah merasakan ketidakhadiran keduanya hingga jiwaku kosong tanpa kekuatan.
Mungkin karenanya kini aku bisa membedakan hati mana yang baik dan yang jahat, dapat melihat jiwa pembohong dan barangkali bisa mengubahnya sedikit menjadi lebih baik. Atau mungkin saja aku menjadi jiwa yang tak peduli lagi, karena aku telah mengalami semuanya.
Aku pernah mendaki gunung kebahagiaan hingga sampai puncaknya, menikmati segala keindahan dari atas dan menghela nafas berkali-kali, dan yang kuinginkan hanyalah segera turun ke bawah dan berdiam dengan mereka yang sudah menemaniku dalam pendakian ini.
Barangkali, kini aku adalah jiwa yang tak bahagia, karena tak ada lagi yang bisa membuatku tertawa seperti dulu aku pernah tertawa, aku selalu terbelenggu pada air mata yang selalu saja akan menitik.
Aku hanya ingin tahu kebenaran, karena bukankah kebenaran itu harus diketahui, harus diungkapkan dan harus kulihat mata yang mengucapkan kebenaran itu. Kebenaran adalah apa yang nampak atau barangkali apa yang diucapkan, pokoknya aku harus mengetahui keduanya.
Mungkin aku hanya ingin menantikan kembalinya hujan di tengah musim kemarau panas dan kering ini, hingga aku bisa menjadi manusia yang utuh lagi.